Kopbun Darma Putoe Kembangkan Jagung Seluas 12.600 Ha
Cot Girek - Koperasi Perkebunan (Kopbun) Darma Putoe akan mengembangkan jagung pipil diareal seluas 12.600 hektar terletak di Kecamatan Cot Girek dan Langkahan, Aceh Utara, bahkan untuk memudahkan pemasaran pihak koperasi telah melakukan kontrak pembelian dengan Taiwan dan Malaysia.
Kontrak pembelian dengan kedua negara masing-masing Taiwan dan Malaysia tersebut sifatnya tidak terbatas, berapa pun yang dibutuhkan akan ditampung. “Saat ini sedang dilakukan kerjasama dengan petani penggarap lahan, lahan sudah ada sekitar 12.600 hektar untuk budidaya jagung pipil, sedangkan pemasaran tidak ada kendala karena sudah ada perjanjian kontrak beli dengan negara Taiwan dan Malaysia dan kebutuhannya tidak terbatas unlimited,” ungkap General Manager (GM) Kopbun Darma Putoe Hamdani,  didampingi Ketua Tgk Harun dan Sekretaris Nazaruddin ,SE.
 
Saat ini, urai Hamdani, seluas 5.000 hektar sudah disiapkan di Kecamatan Cot Girek dan melibatkan sekitar 6000 petani. “Untuk Cot Girek telah disiapkan sekitar 5.000 hektar dengan jumlah petani sebanyak 6000 orang, selebihnya di Kecamatan Langkahan dan sekitarnya,” katanya.
 
Untuk mendukung permodalan dalam pengembangan tanaman jagung pipil, Kopbun Darma Putoe bekerjasama dengan pihak Bank Rakyat Indonesia (BRI) dalam bentuk Skim Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE). “Tujuannya untuk mendukung Ketahanan Pangan Nasional (KPN), makanya kita kerjasama dengan pihak BRI lewat skim KKPE,” jelasnya.
 
Sementara itu, untuk memperkuat keberhasilan program budidaya jagung seluas 12.600 hektar tersebut, pihak Kopbun Darma Putoe juga menjalin kerjasama dengan pihak  Badan Penelitian, Pengembangan dan Teknologi (BPPT) Republik Indonesia serta IPB Bogor.
 
“Hal ini sangat penting terutama terkait dengan teknologi bibit dan pola tanam, jangan sampai bibit yang ditanam tidak unggul, akan bermasalah nantinya, makanya kita juga sudah menjalin kerjasama dengan pihak BPPT dan IPB Bogor,” paparnya.
 
Kebutuhan modal, tambah Hamdani dalam satu hektar dibutuhkan modal sebesar Rp 10 juta dan diharapkan dalam satu hektar bisa menghasilkan 10 ton. “Insya Allah awal bulan April kalau tidak ada halangan tanam perdana dimulai bulan April,” katanya.
 
Di sisi lain, Hamdani juga menjelaskan bahwa pola kemitraan dengan petani sifatnya ekonomi syari’ah. “Artinya anggota koperasi sekaligus sebagai pemegang saham dalam proyek tersebut, karena pola ekonomi syari’ah system yang akan dilakukan nantinya bersifat bagi hasil. Dan satu hal untuk memperoleh bibit unggul selain kerjasama dengan BPPT dan IPB Bogor juga dengan Pemerintah Gorontalo,” tuturnya.
Sumber: http://www.acehutara.go.id
- 
          
            
Meski Covid-19, Aceh Masih Bisa Berbuat Lebih Baik untuk Pertumbuhan Ekonomi
Kamis, 23 Juli 2020 - 
          
            
Pemerintah Keluarkan Edaran Libur Idul Adha
Kamis, 23 Juli 2020 - 
          
            
Sektor Pariwisata Aceh Harus Siapkan Diri dengan Konsep New Normal
Kamis, 23 Juli 2020 - 
          
            
Tujuh Pasien Covid-19 Sembuh, Hasil Tracing Ditemukan Tujuh Kasus Baru
Kamis, 23 Juli 2020 - 
          
            
Plt Gubernur Bersama Kepala SKPA Gelar Do’a untuk Kesembuhan Pasien Covid-19 Secara Daring
Rabu, 22 Juli 2020