Masyaraakat Aceh Peringati Isra’Mi’raj Nabi Muhammad SAW Tahun 1435 H/2014 M
Banda Aceh - “Pemerintah Aceh tidak mampu mewujudkan sendiri tanpa dukungan pihak lain. Pemerintah Aceh hanya sebatas regulator, termasuk merumuskan berbagai qanun yang berkaitan dengan pelaksanaan Syariat Islam, khususnya pelaksanaan shalat. Sedangkan pada tataran praktik, keberhasilannya sangat tergantung pada peran orang tua, kepala keluarga, tokoh masyarakat, lsm, organisasi kemasyarakatan, dan masyarakat luas secara keseluruhan. Gubernur Aceh Zaini Abdullah diwakili Setda Aceh Dermawan membuka sekaligus membaca sambutanya, peringatan Isra’Mi’raj di Halaman Mesjid Raya, Selasa/27.
Zaini juga mengajak semua orang tua agar mengajak dan mengajarkan anak-anaknya untuk menunaikan shalat. Selesai shalat, misalnya selesai shalat magrib, anak-anak juga harus dianjurkan untuk mengaji, Jangan biarkan mereka lepas dari kontrol kita. Karena jika itu terjadi maka anak-anak yang seharusnya diperkenalkan dengan shalat, akhirnya akan berkenalan dengan hal-hal lain yang menyimpang dari agama. Demikian pula halnya dengan masyarakat, mari kita menciptakan atmosfer dan lingkungan kehidupan yang kondusif untuk tegaknya pelaksanaan shalat di serambi mekkah ini. Ketika suara azan berkumandang, mari kita hentikan setiap aktivitas dan segera melaksanakan shalat.
Pada diakhir pidatonya gubernur, beliau juga mengajak kita semua untuk mengambil hikmah dari uraian sejarah isra’ mi’raj yang disampaikan oleh penceramah, dr. Rahimuddin Nawawi. Dan beliau mengigatkan dan mengajak hadirin dan seluruh masyarakat aceh untuk terus meningkatkan ketaqwaan dan mempertebal keimanan kepada allah swt dengan tidak meninggalkan shalat.
Pada kesempatan yang sama dr. Rahimuddin Nawawi penceramah dari Banten mengatakan, salah satu ponitnya adalah Jika perintah rukun islam dan ibadah lain umumnya diterima melalui wahyu atau perantara malaikat jibril, namun perintah shalat diterima langsung dari allah swt.karena itu memperingati isra’ mi’raj sebenarnya kita memperingati peristiwa turunnya perintah shalat yang menjadi tiang agama. Karena fungsinya begitu esensial, yaitu sebagai tiang agama, maka kokoh tidaknya islam dalam setiap diri pribadi atau komunitas muslim harus diukur berdasarkan kuantitas dan kualitas shalat yang mereka laksanakan. Dengan demikian kekuatan islam tidak diukur dari seberapa banyak jumlah muslim, seberapa luas negerinya, apa status negerinya, dan seberapa makmur kehidupan rakyatnya.
Islam tidak pernah luntur dan mengalami degradasi dimuka bumi ini, kecuali ketika shalat sudah tidak mampu lagi ditegakkan secara sempurna. Shalat sudah ditinggalkan umat islam, kalau pun masih ada yang melaksanakan hanya dianggap sebagai ritual agama belaka yang tidak berasaskan tuntunan Rasulullah saw
Turut Hadir Ketua dan anggota DPR Aceh, Pangdam Iskandar Muda, Kapolda Aceh, dan Kajati Aceh, Walikota Banda Aceh beserta jajaran Forkompimda Kota Banda Aceh, Ketua MPU Aceh, Kepala SKPA dan SKPK Kota Banda Aceh Imam besar mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.
Sumber: http://seuramoe.acehprov.go.id
-
Meski Covid-19, Aceh Masih Bisa Berbuat Lebih Baik untuk Pertumbuhan Ekonomi
Kamis, 23 Juli 2020 -
Pemerintah Keluarkan Edaran Libur Idul Adha
Kamis, 23 Juli 2020 -
Sektor Pariwisata Aceh Harus Siapkan Diri dengan Konsep New Normal
Kamis, 23 Juli 2020 -
Tujuh Pasien Covid-19 Sembuh, Hasil Tracing Ditemukan Tujuh Kasus Baru
Kamis, 23 Juli 2020 -
Plt Gubernur Bersama Kepala SKPA Gelar Do’a untuk Kesembuhan Pasien Covid-19 Secara Daring
Rabu, 22 Juli 2020