Gubernur: Pembinaan Dayah Program Prioritas Pemerintah Aceh
Pidie Jaya – Keberadaan dayah di Aceh adalah suatu hal yang sangat penting karena lembaga itu akan melahirkan kader-kader qur’ani yang berkualitas untuk menjadi pemimpin di masa depan. Karenanya, pembinaan dayah menjadi salah satu program yang diprioritaskan oleh Pemerintah Aceh.
Gubernur Aceh, dr. H. Zaini Abdullah, menanam perdana talas satoimo di Komplek Yayasan Pendidikan Islam, Ummul Ayman III, Gampong Meunasah Bie, Kecamatan Meurah Dua, Kabupaten Pidie Jaya, (Kamis, 7/4/2016).
Hal tersebut disampaikan oleh Gubernur Aceh, dr. H. Zaini Abdullah, dalam sambutan singkatnya pada acara peringatan maulid nabi Muhammad SAW, serta penanaman perdana talas satoimo, di Komplek Yayasan Pendidikan Islam, Ummul Ayman, Gampong Meunasah Bie, Kecamatan Meurah Dua, Kamis (7/4/2016).
“Dayah dapat diibaratkan sebagai pabrik yang akan melahirkan calon pemimpin Aceh masa depan,” ujar gubernur. Pemerintah Aceh melalui Badan Pembinaan dan Pendidikan Dayah, ujar Gubernur Zaini akan terus memberi perhatian terhadap pengembangan dayah dan Pesantren di Aceh. Perhatian tersebut bisa berupa bantuan fisik atau pun bantuan berupa program penguatan dan pemberdayaan, seperti pembinaan manajemen dan kelembagaan Dayah. “Termasuk pemberian insentif bagi guru dayah dan penguatan dayah perbatasan.”
Tahun ini Pemerintah Aceh melalui badan dayah telah mengalokasikan dana sebesar Rp230 miliar, untuk berbagai program penguatan dan pengembangan Dayah Aceh. Tak hanya itu, pemerintah juga memberikan kesempatan bagi santri dayah untuk memperoleh beasiswa baik di dalam maupun di luar negeri.
“Pemerintah Aceh melalui Lembaga Pengembangan Sumber Daya Manusia (LPSDM) akan menjaring pelajar-pelajar berprestasi untuk mendapatkan beasiswa. Para santri dayah harus turut berkompetisi untuk mendapatkan beasiswa tersebut,” ujar gubernur Zaini.
Konversi Bank Aceh Syariah
Dalam kesempatan tersebut, Gubernur juga menjelaskan kepada para hadirin tentang konversi atau perubahan sistem operasional Bank Aceh dari konvensional menjadi Bank Aceh Syariah pada Agustus tahun ini. “Konversi ini merupakan yang pertama di Indonesia. Berbagai pihak meyakini apa yang telah kita lakukan ini akan ditiru oleh daerah-daerah lain,” kata gubernur Zaini.
Kebijakan konversi Bank Aceh ke Bank Aceh Syariah mendapat apresiasi dari sejumlah kalangan, salah satunya adalah Harian Waspada yang telah memberikan penghargaan atau award kepada Doto Zaini, panggilan akrab gubernur, selaku kepala Pemerintahan Aceh atas kebijakan konversi Bank Aceh ini.
Kampanyekan Bahaya Narkoba
Dalam sambutannya, Gubernur Aceh juga berharap agar Waled Nu selaku pimpinan yayasan dapat mengkampanyekan bahaya narkoba kepada para santri dan masyarakat sekitar agar tidak mudah terjerumus oleh bujuk rayu dari para pengedar narkoba.
Gubernur Zaini juga menyayangkan penemuan ganja seluas 289 hektar beberapa waktu lalu. Menurut Doto, hal tersebut sangat miris, mengingat Aceh dikenal sebagai daerah yang menerapkan Syari’at Islam.
“Kita tentu merasa sedih dan malu, ketika beberapa hari lalu, Kapolri Jenderal Badrodin Haiti bersama jajaran berhasil mengamankan ratusan hektar ladang ganja di Aceh ini tentu sangat miris. Oleh karena itu, kami berharap Waled Nu dan para santri dapat menjadi duta yang mensosialisasikan bahaya narkoba di kawasan sekitar Dayah.
Waled Nuruzzahri atau akrab disapa Waled Nu adalah Pembina di Yayasan yang terdiri atas Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah (STIS) Ummul Ayman dan Dayah Mahasiswa Ummul Ayman III itu. Yayasan tersebut merupakan cabang dari Dayah Ummul Ayman Samalanga, yang juga dipimpin oleh Waled Nu.
Tanam Perdana Talas Satoimo
Usai menyampaikan sambutan, Gubernur bersama Waled Nu didampingi sejumlah pejabat melakukan penanaman perdana Talas Sataimo, di halaman belakang Dayah Ummul Ayman.
Talas ini dikenal juga dengan talas jepang. Talas Satoimo merupakan salah satu bahan pangan utama bagi sebagian besar penduduk Jepang sebagai pengganti beras dan kentang. Bagi Penduduk Jepang, beras dan kentang mengandung terlalu banyak karbohidrat dan gula, sehingga mereka banyak yang beralih mengkonsumsi talas satoimo.
Saat ini, permintaan terhadap talas ini semakin meningkat di Jepang, sehingga produksi talas yang pada mulanya dihasilkan oleh pertanian di Jepang tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. Jepang akhirnya menerima impor talas ini dari Cina, meskipun belum juga sepenuhnya mampu memenuhi kebutuhan di sana.
Jepang kemudian mulai melirik Indonesia yang memiliki potensi lahan yang sangat luas untuk mengembangkan komoditi ini. Uji coba penanaman talas jepang kemudian dilakukan di berberapa daerah, termasuk di Bali dan DI Yogyakarta. Di Aceh, pengembangan talas jepang dimulai pada tahun 2014 yang lalu di daerah Aceh Besar, meski dengan luas tanam yang masih terbatas.
Gubernur Zaini menyebutkan, pangsa pasar ekspor ke Jepang yang lebih dari 50 ribu ton per tahun merupakan peluang yang luar biasa untuk mengangkat perekonomian petani Indonesia, termasuk Aceh. Saat ini volume ekspor talas jepang dari Indonesia yang sebagian besar dipasok oleh Kabupaten Buleleng, Bali belum mencapai 10 ribu ton.
“Ini artinya peluang pasar ekspor komoditi ini bagi Aceh dan daerah lainnya masih terbuka lebar. Karena itu, kami menyambut baik langkah penanaman perdana talas satoimo di wilayah ini. Harapan kami, langkah ini juga dapat diikuti oleh wilayah lainnya di Aceh,” lanjut gubernur.
Diakhir sambutannya, alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara itu mengimbau jajaran SKPA terkait, agar memberi perhatian terhadap komoditas talas Jepang ini.
“Lihat peluang ekspor dan pasar bagi komoditi ini, dan tingkatkan kapasitas petani kita, sehingga ke depan pertanian kita semakin baik dan membawa kesejahteraan bagi masyarakat luas,” pungkas gubernur Aceh.
Hadir dalam kegiatan tersebut Wakil Ketua DPRA, Sulaiman Abda, Kakanwil Kemenang Aceh, Kadis Pertambangan dan Energi, Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Aceh, Kadis Syari’at Islam, Kepala Badan Dayah, Kepala Disnakermobduk, Kadis Sosial, Kadishubkomintel, Karo Isra, Karo Organisasi Setda Aceh dan SKPK Pidie Jaya.
Sumber : humas.acehprov.go.id
-
Meski Covid-19, Aceh Masih Bisa Berbuat Lebih Baik untuk Pertumbuhan Ekonomi
Kamis, 23 Juli 2020 -
Pemerintah Keluarkan Edaran Libur Idul Adha
Kamis, 23 Juli 2020 -
Sektor Pariwisata Aceh Harus Siapkan Diri dengan Konsep New Normal
Kamis, 23 Juli 2020 -
Tujuh Pasien Covid-19 Sembuh, Hasil Tracing Ditemukan Tujuh Kasus Baru
Kamis, 23 Juli 2020 -
Plt Gubernur Bersama Kepala SKPA Gelar Do’a untuk Kesembuhan Pasien Covid-19 Secara Daring
Rabu, 22 Juli 2020