September 2018, Aceh Inflasi 0,32 Persen
Banda Aceh - Pada bulan Oktober 2018 di Kota Banda Aceh terjadi inflasi sebesar 0,32 persen, Kota Lhokseumawe inflasi sebesar 0,50 persen, sedangkan Kota Meulaboh mengalami deflasi sebesar 0,17 persen. Secara agregat untuk Aceh dari 3 kota itu, pada bulan September 2018 mengalami inflasi sebesar 0,32 persen.
Hal tersebut disampaikan oleh Kabid Statistik Distribusi Kenda Paryatno pada acara press release di Aula Statistik Aceh, Senin (01/11/2018).
Menurut Kenda Inflasi yang terjadi di Provinsi Aceh (Gabungan 3 Kota) disebabkan oleh meningkatnya indeks harga konsumen untuk kelompok-kelompok pengeluaran seperti Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan inflasi sebesar 0,74 persen, Perumahan, Air, Listrik,Gas dan Bahan Bakar inflasi sebesar 0,44 persen, Kesehatan inflasi sebesar 0,41 persen, Sandang inflasi sebesar 0,37 persen, Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga inflasi sebesar 0,15 persen, Bahan Makanan inflasi sebesar 0,04 persen, dan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau inflasi sebesar 0,03 persen.
Komponen Inti untuk Provinsi Aceh pada Oktober 2018 mengalami inflasi sebesar 0,23 persen, komponen yang Harganya Diatur Pemerintah inflasi sebesar 0,70 persen, dan komponen Bergejolak mengalami inflasi sebesar 0,20 persen.
Nilai ekspor Provinsi Aceh Agustus2018 sebesar 14.047.391 USD. Pada bulan Agustus 2018 jumlah penumpang yang tercatat di bandar udara Sultan Iskandar Muda mencapai 107.741 orang. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Provinsi Aceh pada bulan Agustus2018 sebesar 53,35persen
NTP Provinsi Aceh, Oktober 2018 sebesar 94,39 Inflasi Pedesaan, Oktober 2018 sebesar 0,53 persen. Selama Oktober 2018, di tingkat petani dan penggilingan terjadi kenaikan rata-rata harga gabah kualitas GKP.
Ditempat yang sama Kabid Statistik Produksi Irnanto mengatakan pada triwulan III tahun 2018, produksi industri manufaktur besar dan sedang (IBS) memperlihatkan penurunan sebesar -5,15 persen jika dibandingkan dengan produksi triwulan ll tahun 2018 (q to q). Dibandingkan dengan tahun 2017 (y on y), produksi industri manufaktur besar dan sedang pada triwulan III tahun 2018 mengalami peningkatan produksi yang cukup besar yaitu 48,51 persen.
Produksi industri manufaktur mikro dan kecil (IMK) triwulan III tahun2 018 mengalami pertumbuhan yaitu sebesar -3,82 persen dibandingkan dengan produksi triwulan 1| tahun 2018 (q to q).
Dibandingkan tahun sebelumnya (y on y), produksi industri manufaktur mikro dan kecil pada triwulan Ill tahun 2018 mengalami pertumbuhan sebesar 1,69 persen.
Ia menambahkan Luas panen dan produksi padi di indonesia tahun 2018 dimana padi di Provinsi Aceh periode Januari sampai September 2018 sebesar 242,4 ribu hektar. Dengan memperhitungkan potensi sampai Desember 2018, maka luas panen tahun 2018 adalah 297,3 ribu hektar.
Produksi padi di Provinsi Aceh periode Januari-September 2018 sebesar 1.38 juta ton Gabah Kering Giling (GKG). Berdasarkan potensi produksi sampai Desember 2018, maka diperkirakan total produksi padi tahun 2018 sebesar 1,7 juta ton GKG.
Jika produksi padi dikonversikan menjadi beras denganmenggunakan angka konversi GKG ke beras tahun 2018, maka produksi padi tersebut setara dengan 973 ribu ton beras. (wn/ri)
Sumber : diskominfo.acehprov.go.id
-
Meski Covid-19, Aceh Masih Bisa Berbuat Lebih Baik untuk Pertumbuhan Ekonomi
Kamis, 23 Juli 2020 -
Pemerintah Keluarkan Edaran Libur Idul Adha
Kamis, 23 Juli 2020 -
Sektor Pariwisata Aceh Harus Siapkan Diri dengan Konsep New Normal
Kamis, 23 Juli 2020 -
Tujuh Pasien Covid-19 Sembuh, Hasil Tracing Ditemukan Tujuh Kasus Baru
Kamis, 23 Juli 2020 -
Plt Gubernur Bersama Kepala SKPA Gelar Do’a untuk Kesembuhan Pasien Covid-19 Secara Daring
Rabu, 22 Juli 2020